Masa Depan oleh Mereka

Standar

Melihat mereka, aku jadi yakin bahwa masih ada sebagian besar anak muda di Indonesia yang bersikap positif dan berkeinginan membangun bangsa menjadi lebih baik. Mereka, anak-anak yang terpilih untuk mengikuti seleksi olimpiade sains tingkat kabupaten adalah anak-anak yang memiliki visi besar di masa depan.

Aku mengenal mereka sejak dua tahun dan satu tahun lalu. Mereka berbeda angkatan, pemahaman materi mereka di sekolah juga berbeda karena hal itu. Tetapi mereka mau untuk belajar dan menggali potensi diri, keluar dari zona nyaman dan mengalahkan rasa takut.

Anak kelas satu yang menjadi perwakilan fisika, mungkin bukan yang paling pintar seangkatan, tetapi dia berani mencoba hal baru dan gigih berjuang dengan dibantu juga oleh kakak kelasnya yang sudah berpengalaman. Dengan segala keterbatasan yang ada, mereka tetap optimis.

Anak yang lain pun juga sama, meski aku tidak mengenal anak yang dari jurusan IPS. Mereka, saat ini masih seperti ulat yang berkembang dan mengeksplorasi diri sebelum berproses menjadi kupu-kupu. Mengajari anak-anak muda juga tidak instan, jangan berharap mereka akan langsung bisa dan mengerti. Tentu saja bukan suatu kemustahilan, karena setiap anak memiliki daya kecerdasan masing-masing. Jadi harus berlatih sabar mendidiknya.

Jika teringat, anak-anak didik yang menjadi bahan percobaan aku saat pertama kali mengajar. Mereka sepertinya sedikit tertekan karena idealisme dan standar diriku yang tinggi, hahah. Tetapi beberapa dari mereka kini tengah berjuang melanjutkan pendidikan di tempat yang mereka impikan. Dan dari mereka juga aku belajar, bahwa mengajar itu adalah memberikan ilmu. Mengarahkan dari ‘tidak tahu’ menjadi ‘tahu’.

Anak-anak yang aku ajar sekarang juga sama. Meski mereka kadang nakal, susah paham, banyak mengeluh. Bahkan ulangan harian fisika dengan membuka buku saja masih sangat tidak memuaskan. Lucunya, ketika diarahkan dengan perjanjian “apa yang kamu lakukan jika mendapat nilai fisika di bawah 50?” Banyak dari mereka jadi sedikit terpacu hingga berhasil meraih skor hampir sempurna.

Seperti, “kalian baru terbangun ya dari tidur panjang?” Ternyata ada yang berjanji menghapalkan Al-Qur’an surat tertentu, berpuasa, atau tidak bermain hape sepekan. Walau ada juga yang berjanji untuk kemudian berjanji lagi jika tidak ditepati, hahah.

Ya intinya, meskipun ada beberapa generasi muda yang menjadi rusak karena kenakalan yang diluar batas, tetapi harapan itu masih ada. Tunas baru akan tumbuh dengan lebih baik jika mendapat cahaya yang cukup. Jadi, jangan pesimis.

Sama seperti kutipan perwakilan osk fisika di tempatku, “Bedakan antara menikmati masa muda dan merusak masa depan.”

Ohya. Mereka hanyalah perwakilan yang kebetulan memilih bidang akademik sebagai jalan masa depan. Masih banyak anak-anak lain yang aku kenal, berprestasi di bidang lain. Mencipta puisi, bernyanyi dan bermain musik, olahraga, kepemimpinan. Ada berbagai macam kebebasan berekspresi di sekolah. Mereka mengeksplorasi bakat dan minat sesuai kemampuan.

Aku tahu, kecerdasan setiap anak berbeda. Kita tidak bisa memaksakan ikan untuk memanjat pohon bukan? Jadi, aku lun sudah tidak seambisius dahulu yang menginginkan semua anak harus paham di akademik. Paling tidak, sekarang aku ingin mengarahkan mereka pada hal yang positif. Bahwa, tidak apa-apa kamu tidak paham fisika. Selama kamu menjadi anak yang baik dan mengasah bakat di bidang lain. Bukan menjadi anak yang merusak diri sendiri.

Bismillah. Semangat untuk anak-anak di luar sana yang sedang memperjuangkan mimpi. Begitu pula, untuk bapak dan ibu guru yang sekarang mendapat gelar pendidik. Karena, mendidik adalah hal yang berat sekali.

Tinggalkan komentar